Sunday, October 28, 2007

Kebakaran Lahan Permukiman Dekat Bandara Syamsudin Noor Dikepung Api

Selasa, 25 September 2007

 

Banjarbaru, Kompas - Sekitar lima hektar lahan pertanian dan semak belukar di pinggiran Bandar Udara Syamsudin Noor, Kecamatan Landasan Ulin, Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Senin (24/9), terbakar. Kebakaran lahan tersebut sempat membuat panik warga karena api sempat mengepung beberapa rumah di kawasan permukiman, seperti di RT 12, Kelurahan Guntung Damar, Kecamatan Guntung Payung.

Meski tidak ada rumah yang terbakar, dua kandang ayam pedaging luluh lantak dilalap api. Kobaran api yang begitu besar di areal semak belukar di kawasan permukiman tersebut terjadi sejak pukul 11.00. Selain dua kandang ayam, beberapa jaringan listrik di daerah itu juga putus.

Beberapa warga mengaku tidak tahu dari mana api berasal. Api begitu cepat membesar dan meluas, karena selain sebagian besar semak belukar sudah kering, juga akibat tiupan angin kencang. Jilatan api bahkan terlihat mencapai lebih dari tiga meter. Sepekan terakhir, sedikitnya enam titik areal pertanian milik warga dengan luas sekitar satu hingga dua hektar juga mati meranggas akibat kebakaran.

613 titik api

Dari Palembang dilaporkan, jumlah titik api di Sumatera Selatan mengalami lonjakan pada hari Minggu (23/9), hingga mencapai 613 titik. Kondisi tersebut menimbulkan kekhawatiran munculnya bencana kabut asap jika api tidak dapat dicegah merembet ke lahan gambut.

Kepala Seksi Penanggulangan Kebakaran Hutan Achmad Taufik, Senin (24/9), mengatakan, jumlah titik api sudah jauh meningkat dibandingkan pada hari Sabtu yang hanya 120 titik dan hari Jumat 173 titik.

"Sejumlah titik api, seperti terpantau di Kabupaten Ogan Ilir, diduga sengaja dilakukan untuk persiapan musim tanam," kata Taufik.

Menurut dia, jumlah titik api terbanyak terdapat di Kabupaten Musi Rawas dengan 116 titik, disusul Kabupaten Musi Banyuasin 90 titik. (FUL/WAD)

Sunday, October 21, 2007

Pola Penyuluhan Khusus untuk Masyarakat Dayak

Selasa, 4 September 2007
Radar Banjarmasin

BARABAI – Kepala Badan Penyuluh Pertanian Kecamatan Hantakan Eko Prapto Bambang Parikesit mengatakan, pola penyuluhan di setiap kecamatan pada tataran ilmu relatif sama, tetapi pada tataran aplikasi cenderung berbeda. ”Yang jelas penyuluh harus jeli melihat aspek prilaku masyarakat petani yang dibinanya,” ujarnya kepada Radar Banjarmasin, belum lama tadi.

Seperti di Kecamatan Hantakan, urai Penyuluh Teladan tingkat Nasional ini, ia harus menggabungkan antara aspek prilaku dengan partisipatif. Petani di kawasan Pegunungan Meratus atau petani Dayak Meratus tak hanya diberi contoh terkait bagaimana pembudidayaan masalah bertani.

Mereka juga harus dilibatkan dalam pola partisipatif. Pasalnya, lantaran topografi wilayah yang bergunung, dengan komintas hidup orang dayak yang sudak berkelompok dan terpencar jauh-jauh. Akhirnya, bukan penyuluh yang mengundang petani untuk berdiskusi. ”Tetapi merekalah yang kerap mengundang kita untuk dilakukan pertemuan,” kata penyuluh yang sudah mempunyai masa kerja 18 tahun ini.

Karena sistem seperti itulah, biasanya tenaga penyuluh di Kecamatan Hantakan harus ikut bermalam di Balai Adat milik masyarakat dayak.

Bukan hanya masalah laku dan partispatif, menurut Eko, BPP Kecamatan Hantakan menerapkan sistem open management alias manajemen terbuka. Dengan sistem seperti ini, maka akuntabilitas publik dan tranpransi dana dapat dipertanggungjawaban secara bijak.

”Masalah pengelola keuangan kami tunjuk secara musyawarah mufakat. Sehingga harus diakui bahwa BPP Kecamatan Hantakan dirawat dan dimiliki bersama oleh masyarakat,” ungkap Eko.

Juga terkait pembudidayan tanaman, areal tanam BPP juga dijadikan demplot percobaan atau laboratorium lapangan. Sehingga bila ada tanaman baru yang dikembangkan, pertama-tama dapat tumbuh di areal tersebut. ”Petani pun akan mudah mengetahui secara nyata hasilnya,” terangnya.

Bahkan untuk Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) melakukan pertemuan rutin setiap setengah bulan sekali. Disinilah, mereka berbaur untuk melakukan kajian serta penerapan ilmu pengetahuan yang baru.

”Patut diketahui masyarakat Dayak Meratus ternyata begitu respek terhadap hal yang baru terkait informasi pertanian. Ini yang sangat membanggakan,” bebernya. (why)